Kesederhanaan dan pesan Presiden Jokowi lewat busana adat Suku Baduy

Jakarta (ANTARA) - Sederhana tapi memiliki pesan dalam, demikian pengamat mode sekaligus perancang busana dari Indonesian Fashion Chamber (IFC) Lisa Fitria menilai kesan yang muncul saat melihat Presiden Joko Widodo mengenakan busana adat Suku Baduy luar pada Sidang Tahunan MPR, Sidang Bersama DPR-DPD RI di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Senin ini.

Baca juga: Membaca ekspresi Presiden Jokowi di Sidang Tahunan MPR 2021

"Kita lihat baju itu sangat sederhana, di samping nyaman karena desainnya simpel sekali, memiliki makna cukup dalam," kata Lisa pada ANTARA pada Senin.

Dari sisi visual, busana bernama "Jamang Sangsang" ini terdiri dari atasan yang dilengkapi kancing pada bagian depannya, berlengan panjang dan celana dengan dominasi warna hitam. Busana ini berbahan serat alam seperti katun atau linen.

Busana Jamang Sangsang ini berbeda dengan Suku Baduy dalam yang masih mempertahankan pakem yakni baju tanpa kancing, jahitan dan didominasi warna putih. Ikat kepala pun berwarna putih.

"Bagian leher sampai dada tidak menggunakan kerah, tanpa kantong dan kancing itu pakem aslinya. Tetapi yang dikenakan Bapak, busana Baduy luar sudah ada kancingnya, sudah modifikasinya," ujar dia.

Sebagian orang menyebut Jamang Sangsang Suku Baduy luar sebagai baju "kampret" karena sudah tidak lagi mengikuti pakem awalnya.

Kemudian, seperti halnya masyarakat Baduy luar yang bisa ditemui di Desa Kanekes, Leuwidamar, Banten, Presiden juga mengenakan telekung atau ikat kepala yang juga disebut "koncer" berwarna biru tua dan hitam dengan motif batik.

Motif batik ini didapatkan dari flora atau tanaman yang tumbuh di sekitar masyarakat tinggal.

Presiden juga mengenakan tas yang disebut "koja" atau "jarog". Tas ini menjadi benda yang tidak terpisahkan dari Suku Baduy luar, berfungsi sebagai tempat menyimpan perlengkapan yang mereka butuhkan.

Sebagai alas kaki, Presiden mengenakan sendal tali. Pada masyarakat Baduy, sendal ini biasanya terbuat dari tanaman eceng gondok, pelepah pisang atau memanfaatkan tumbuhan yang mereka tanam atau ada di sekitar mereka.

Berbicara kesan, Lisa berpendapat, wibawa Presiden terpancar melalui busana ini. Beliau juga tampak nyaman dengan rancangan yang sederhana namun memiliki makna cukup dalam.

"Wibawa bapak luar biasa, jadi dengan begini terlihat lebih sakral. Sampai merinding. Kesederhanaan itu membuat bapak jadi lebih religius. Dari sisi spiritual bisa terlihat kharismanya," kata dia.

Baca juga: Mengulik ekspresi Presiden Jokowi saat berpidato di Sidang Tahunan MPR

Baca juga: Menilik strategi Presiden menjaga lompatan pemulihan sosial-ekonomi

Baca juga: Sosiolog: Pesan Presiden untuk saling peduli harus jadi perhatian

Oleh Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © ANTARA 2021

Belum ada Komentar untuk "Kesederhanaan dan pesan Presiden Jokowi lewat busana adat Suku Baduy"

Posting Komentar