Shalahuddin Al-Ayyubi
TRIBUNNEWSWIKI.COM- Yusuf bin Najmuddin Al-Ayyubu atau dijuluki Shalahuddin Al-Ayyubi (532 H-W 589 H/ 1138-1193 M) adalah seorang jenderal, ulama, dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (Utara Irak).
Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, Yaman, Irak, Mekkah Hejaz dan Diyar Bakr.
Shalahuddin dikenal sebagai panglima kaum Muslimin yang lemah lembut.
Namanya sudah tidak asing dikalangan Muslim dan Kristen karena kepemimpinan, kekuatan militer dan sifat yang ksatria serta saat berperang melawan tentara salib.
Sebagai seorang ulama, Shalahuddin juga memberikan catatan kaki dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadits Abu Dawud. (1)
Baca: Mohammad Amir
Shalahuddin Al-AyyubiShalahuddin berasal dari bangsa Kurdi.
Ayahnya bernama Najmuddin Ayyub dan pamannya Assaduddin Syirkuh.
Dahulu Shalahuddin tinggal di dekat Danau Fan dan pindah ke daerah Tikrit (Irak).
Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/ 1138 M.
Sejak ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit, pamannya juga mengabdi kepada Imaduddin Zanki, yaitu gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak.
Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja Suriah Nuruddin Mahmud.
Selama di Balbek inilah, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik.
Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin.
Pada tahun 1169, Shalahudin diangkat menjadi seorang wazir (konselor).
Shalahuddin mewarisi peranan sulit untuk mempertahankan Mesir melawan penyerbuan dari Kerjaan Latin Jerusalem di bawah pimpinan Amalrik I.
Awalnya, posisi Shalahuddin ini sangat menegangkan. Namun, tidak disangka dia bisa bertahan lama di Mesir yang pada saat itu banyak mengalami perubahan pemerintah karena silsilah panjang anak khilafah mendapatkan perlawanan dari wazirnya.
Sebagai pemimpin dari prajurit asing Syria, dia juga tidak memiliki kontrol dari Prajurit Shiah Mesir, yang dipimpin oleh seseorang yang tidak diketahui atau seorang Khalifah yang lemah bernama Al-Adid.
Sejak ditinggalkan sang Khilafah pada September 1171, Shalahuddin mendapatkan pengumuman Iman dengan nama Al-Mustadi, kaum Sunni dan paling penting Abbasid Khalifah di Baghdad, ketika upacara sebelum Salat Jumat, dan kekuatan kewenangan dengan mudah memecat garis keturunan lama.
Sekarang Shalahuddin menguasai Mesir secara resmi bertindak sebagai wakil dari Nuruddin, yang sesuai dengan adat kebiasaan mengenal Khalifah dari Abbasid.
Shalahuddin merevitalisasi perekonomian Mesir, mengorganisir ulang kekuatan militer, dan mengikuti nasihat ayahnya, menghindari konflik apapun dengan Nuruddin, tuannya yang resmi, sesudah dia menjadi pemimpin asli Mesir.
Dia menunggu sampai kematian Nuruddin sebelum memulai beberapa tindakan militer yang serius, yaitu melawan wilayah Muslim yang lebih kecil, lalu mengarahkan mereka melawan para prajurit salib.
Dengan kematian Nuruddin (1174) dia menerima gelar Sultan di Mesir.
Disana dia memproklamasikan kemerdekaan dari kaum Seljuk, dan dia terbukti sebagai penemu dari dinasti Ayyubid dan mengembalikan ajaran Sunni ke Mesir.
Dia memperlebar wilayah dia ke sebelah barat di maghreb, dan ketika paman dia pergi ke Nil untuk mendamaikan beberapa pemberontakan dari bekas pendukung Fatimid, dia lalu melanjutkan ke Laut Merah untuk menaklukan Yaman.
Dia juga disebut waliullah yang artinya teman Allah bagi kaum muslim Sunni.
Tahun 559-564 H/ 1164-1168 M, Asaduddin, pamannya diangkat menjadi Perdana Menteri Khilafah Fathimiyah.
Setelah pamannya meninggal, jabatan Perdana Menteri dipercayakan Khalifah kepada Shalahuddin Al-Ayyubi.
Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil mematahkan serangan Tentara Salib dan pasukan Romawi Bizantium yang melancarkan Perang Salib kedua terhadap Mesir.
Sultan Nuruddin memerintahkan Shalahuddin mengambil kekuasaan dari tangan Khilafah Fathimiyah dan mengembalikan kepada Khilafah Abbasiyah di Baghdad mulai tahun 567 H/1171 M (September).
Setelah Khalifah Al-'Adid, khalifah Fathimiyah terakhir meninggal maka kekuasaan sepenuhnya di tangan Shalahuddin Al-Ayyubi.
Sultan Nuruddin meninggal tahun 659 H/1174 M, Damaskus diserahkan kepada puteranya yang masih kecil Sultan Salih Ismail didampingi seorang wali.
Di bawah seorang wali terjadi perebutan kekuasaan di antara putera-putera Nuruddin dan wilayah kekuasaan Nurruddin menjadi terpecah-pecah.
Shalahuddin Al-Ayyubi pergi ke Damaskus untuk membereskan keadaan, tetapi ia mendapat perlawanan dari pengikut Nuruddin yang tidak menginginkan persatuan.
Akhirnya Shalahuddin Al-Ayyubi melawannya dan menyatakan diri sebagai raja untuk wilayah Mesir dan Syam pada tahun 571 H/1176 M dan berhasil memperluas wilayahnya hingga Mousul, Irak bagian utara. (1)
Baca: Khairuddin Barbarossa
Ilustrasi Perang Salib, Shalahuddin Al-AyyubiShalahuddin Al-Ayyubi memiliki kekuasan yang luas, mulai dari daerah Tunis dan Barqah di daerah Barat benua Afrika hingga ke sungai Eufrat di Timur dan dari Mousul dan Aleppo di Utara hingga ke Nubah dan Yaman di Selatan semenanjung Arabia.
Kemenangan terbesar Shalahuddin Al-Ayyubi saat perang salib.
Perang salib ini pertempuran baginda dengan orang-orang Eropa di Palestina dan Pantai Syiria di dalam perang Hittin.
Perang ini untuk merebut kembali Tabariya, Aka, Yafa, Beirut dan penaklukan Qudus. (2)
Baca: Perang Badar
Peranan Shalahuddin al-Ayyubi dalam menyebarkan mazhab al-Asy'aari terletak pada beberapa kebijaksanaannya, seperti mendirikan akademi wakaf (madrasah) dan meletakkan syarat kepada para pensyarah dan mahasiswa di sana mengikuti mazhab al-Asy'ari.
Sultan Shalahuddin al-Ayyubi juga mengarahkan pembelajaran kitab Hadaiq al-Fusul wa Jawahir al-Usul, risalah kecil yang berbentuk nazham yang di tulis oleh al-Imam Muhammad bin Hibbatullah al-Makki kepada kanak-kanak yang baru belajar agama di seluruh wilayah kekuasaaannya.
Sehingga kitab akidah tersebut dikenali dengan âal-Akidah al-Salahiyyahâ dengan tersemat pokok-pokok akidah Ahl al-Sunnah Wa al-Jama'ah yang mengikut mazhab al-Asy`ari.
Baginda juga mengarahkan pembacaan kitab tersebut di atas menara-menara masjid di seluruh negeri yang dikuasainya ketika waktu menjelang subuh (sebelum masuk waktu subuh).
Sehingga dengan kebijaksaan tersebut, Sultan Shalahuddin al-Ayyubi berjaya mengikis ideologi kebatinan Syiah Ismailiyah, yang sebelumnya ditanamkan oleh pemimpin Dinasti Fatimi di kalangan masyarakat Mesir selama beberapa abad sebelumnya.
Kebijaksanaan Sultan Shalahuddin al-Ayyubi di dalam menyebarkan mazhab al-Asy'ari tersebut, diteruskan oleh anak cucunya setelah mereka berkuasa.
Kemudian pada masa raja-raja Atrak yang menjadi mawali (pemjaga) anak cucu Sultan Shalahuddin al-Ayyubi, yang juga menyebarkan mazhab al-Asy'ari dan memiliki hubungan yang erat dengan para ulama' mazhab al-Asy'ari. (2)
Baca: Kaum Muhajirin
- 1138 M : Shalahuddin al-Ayyubi lahir di Tikrit
- 1152 M : Shalahuddin mulai bekerja di bawah pimpinan penguasa Syria Nuruddin.
- 1164 M : Mulai menunjukkan kemampuannya dalam strategi militer melawan tentara Perang Salib di Palestina.
- 1169 M : Shalahuddin menjadi wakil komandan militer Syria
- 1171 M : Salahuddin menekan penguasa Fatimiyah di Mesir dan menjadi pemimpin Mesir. Kemudian dia menggabungkan Mesir dengan khalifah Abbasiyah
- 1174 M : Penguasa Syria, Nuruddin meninggal. Salahuddin mengembang Basis.
- 1183 M : Penaklukkan kota di utara Suriah, Aleppo
- 1186 M : Penaklukkan Mosul di Iraq
- 1187 M : Dengan kekuatan baru, menyerang kerajaan latin Jerussalem dengan pertempuran sengit selama 3 bulan.
- 1189 M : Perang Salib III meluas di Palestina setelah Jerussalem di kontrol Shalahuddin
- 1192 M : Menandatangani perjanjian dengan King Richard I dari Inggris yang membagi wilayah pesisir untuk Kaum Kristen dan Jerussalem untuk kaum muslimin
- 1193 M : Meninggal di Damaskus tidak lama detelah jatuh sakit.(3)
Baca: Nablus (Palestina)
(Tribunnewswiki.com/ Husna)
[embedded content]
Belum ada Komentar untuk "Shalahuddin Al-Ayyubi"
Posting Komentar